-THE SINNERS-
Chapter 7 : Now Begin
Credit to : Mina Cheyo - Original Idea from “The Sixth Sin`s” by Alienor of Creepypasta Indonesia
Tubuh Lunia bergetar dengan hebatnya. Pemandangan mengerikan yang baru saja ia alami tak mau menyingkir dari pikirannya. Darah dalam tubuhnya berdesir setiap kali potongan gambar mengerikan itu menghampiri benaknya lagi dan lagi. Berapa lama… berapa lama mereka itu, berapa lama ibu harus mengalami semua itu? Inikah kematian? Darah, kulit atau daging, Lunia bahkan tak dapat lagi membedakannya. Semuanya berbaur dalam ruangan itu membangun kengerian yang terus membayangi dirinya. Apa Ia harus menyalahkan otaknya karena mampu mengingat semua itu? Rasa mual kembali menyergapnya. Mengapa ia malah merasa lega, karena Luxuria telah menyeretnya pergi dari ruangan terkutuk itu?
Luxuria menghentikan langkahnya. Seorang pria gemuk dengan jubbah serupa dengannya berjalan santai tak jauh dari mereka
“Gula…”
Pria itu berbalik “Oh, Luxuria, saudaraku! Apa yang kau…”
Perhatian pria itu teralihkan pada Gadis cantik yang tenggelam dalam terror yang mengerikan “…oh, apa itu mainan barumu? Dia terlihat lezat…”
“Entahlah, tapi aku tidak berencana untuk membiarkan seorangpun menikmatinya” Luxuria menatap Lunia sayu.
Gula tampak kecewa
“Oh, baiklah…”
Ia membenarkan letak jubahnya yang tampak tak sesuai dengan tubuh gemuknya “…bukankah sekarang waktunya makan? Ah, aku tak sabar lagi. Kau juga sebaiknya bergegaslah…” Gula segera melangkah pergi meninggalkan Luxuria dalam kesunyian dan Lunia dalam terror yang semakin dalam.
“Tentu saja, aku juga tak sabar lagi…” Gumam Luxuria pada dirinya sendiri
Firasat buruk menyergap Lunia seketika.
Tolong, siapapun hentikanlah.
NEXT SATURDAY ON THE SINNERS : IT’S NOT A TERROR
*AQUAGAZE95*
Chapter 7 : Now Begin
Credit to : Mina Cheyo - Original Idea from “The Sixth Sin`s” by Alienor of Creepypasta Indonesia
Tubuh Lunia bergetar dengan hebatnya. Pemandangan mengerikan yang baru saja ia alami tak mau menyingkir dari pikirannya. Darah dalam tubuhnya berdesir setiap kali potongan gambar mengerikan itu menghampiri benaknya lagi dan lagi. Berapa lama… berapa lama mereka itu, berapa lama ibu harus mengalami semua itu? Inikah kematian? Darah, kulit atau daging, Lunia bahkan tak dapat lagi membedakannya. Semuanya berbaur dalam ruangan itu membangun kengerian yang terus membayangi dirinya. Apa Ia harus menyalahkan otaknya karena mampu mengingat semua itu? Rasa mual kembali menyergapnya. Mengapa ia malah merasa lega, karena Luxuria telah menyeretnya pergi dari ruangan terkutuk itu?
Luxuria menghentikan langkahnya. Seorang pria gemuk dengan jubbah serupa dengannya berjalan santai tak jauh dari mereka
“Gula…”
Pria itu berbalik “Oh, Luxuria, saudaraku! Apa yang kau…”
Perhatian pria itu teralihkan pada Gadis cantik yang tenggelam dalam terror yang mengerikan “…oh, apa itu mainan barumu? Dia terlihat lezat…”
“Entahlah, tapi aku tidak berencana untuk membiarkan seorangpun menikmatinya” Luxuria menatap Lunia sayu.
Gula tampak kecewa
“Oh, baiklah…”
Ia membenarkan letak jubahnya yang tampak tak sesuai dengan tubuh gemuknya “…bukankah sekarang waktunya makan? Ah, aku tak sabar lagi. Kau juga sebaiknya bergegaslah…” Gula segera melangkah pergi meninggalkan Luxuria dalam kesunyian dan Lunia dalam terror yang semakin dalam.
“Tentu saja, aku juga tak sabar lagi…” Gumam Luxuria pada dirinya sendiri
Firasat buruk menyergap Lunia seketika.
Tolong, siapapun hentikanlah.
NEXT SATURDAY ON THE SINNERS : IT’S NOT A TERROR
*AQUAGAZE95*