Fenomena Menjelajah Waktu

4:11:00 PM
Fenomena alam yang unik bisa menghadirkan seseorang dalam setting dan kehidupan masa lalu. Sebaliknya terkadang malah menyeretnya pada kejadian yang akan datang. Nah, sebelum terjebak dalam kekacauan waktu ada baiknya kita kenali dulu misteri ini.

Bagi banyak orang, waktu sudah menjadi hal yang rutin. Jarum jam terus bergulir. Hari berganti, bulan berubah, dan tahun pun berlalu. Tapi benarkah waktu hanya sesederhana itu? Waktu ternyata mempunyai dimensi yang sangat luas. Ukurannya tidak hanya seujung jarum jam.Bocah tumbuh dewasa, musim berganti, alat transportasi berkembang, menunjukkan adanya perubahan waktu. Perjalanan waktu memang dapat diukur dengan berbagai perangkat alat, tak hanya dengan jam dan kalender.Demikian pula urut-urutan kronologis kejadian tidak hanya dibentuk oleh waktu, tapi juga oleh makrokosmos yang menghasilkan mekanisme tertentu, yang berbeda dengan perilaku waktu seperti dikenal orang. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan konsep waktu yang ada. Inilah yang disebut dengan fenomena kekekacauan waktu, dimana dua dimensi waktu bekerja bersama-sama. Subjek mendapatkan dirinya ada di masa sekarang atau masa lalu secara bersama-sama. Pengalaman ini menimbulkan teka-teki, karena ada kalanya orang bisa saja kehilangan orientasi ruang waktu.
Berbeda setengah abad


Batu monolit di Clava Cairns, Inverness yg diduga
berfungsi sebagai pemicu kekacauan waktu yg dialami
Anne May
Kasus aneh pertama yang berkaitan dengan kekekacauan waktu menimpa Squirrel, seorang lelaki tua kolektor koin. Tahun 1973 ia akan membeli kantung tempat koin-koinnya yang dia dengar-dengar dijual di sebuah warung di Great Yarmouth, Norfolk (Inggris). Seakan pernah kesana, ia tahu persis barang-barang yang di jual di sana. Ia sempat takjub dengan jalan berbatu di depan toko itu. Bagian depan toko dicat warna-warni. Ruangannya dihiasi dengan bingkai foto motif bunga, kotak uang model kuno dan satu tempat yang penuh dengan tongkat. Sebelum sempat mengamati semuanya, muncul seorang wanita yang mengenakan rok hitam dan blus berlengan panjang. Rambut wanita yang rupanya penjaga toko itu disanggul tinggi.
Perlu dicatat tahun 1973 mode paduan kaus dengan rok sedang melanda kaum wanita. Begitupun penampilan wanita tadi tidak membuat Squirrel merasa aneh. Ketika Squirrell menanyakan kantung untuk koin-koinnya, wanita itu mengeluarkannya dari sebuah kotak berisi macam-macam barang. Sementara Squirrell menandainya dengan angka, si penjaga mengatakan kalau orang-orang di kapal juga sering membelinya untuk tempat mata kail.
Saat Squirell akan membayar, wanita itu menyebut harga dalam shilling (uang kuno). Hal ini tidak mengejutkan bagi Squirell yang menganggapnya bercanda. Sebaliknya justru si pelayan yang terheran-heran ketika Squirell memberikan koin logam senilai 5 pence (uang sekarang). Toh si penjaga tak memberikan komentar. Selain transaksi yang aneh, suasana di dalam warung yang hening dan tiadanya suara dari luar sempat menimbulkan teka-teki dalam diri Squirell.
Seminggu kemudian, Squirell sempat terkejut saat kembali ke warung untuk membeli kantung koin. Semuanya tampak jauh berbeda dengan yang ia lihat sebelumnya. Jalan berbatu jadi beraspal, sedangkan barang-barang di dalam warung tampak tua dan kotor. Pelayan di warung bukan lagi si wanita bersanggul melainkan seorang tua. Ia menolak cerita Squirrell bahwa seorang wanita muda melayaninya minggu lalu. Benar-benar seperti mimpi buruk. Yang paling mengejutkan ketika si pelayan mengatakan, di warung itu tidak pernah disediakan kantung koin. Pemilik warung pun membenarkan apa yang dikatakan penjaga tokonya.
Dalam seminggu saja seolah jalan tua, warung dengan penjaga toko yang berpakaian ala Edwardian, dan barang dagangannya telah hilang. Semua tampak tidak sesuai dengan yang pernah dipikirkannya.
Dengan penasaran Squirell melihat tanggal pembuatan kantung koin terakhir di pabriknya. Ternyata, kantung semacam yang digunakannya dibuat tahun 1920. Sungguh aneh dan tidak masuk di akal, kekacauan waktu yang nyata-nyata menimpa waktu lampau di atas waktu sekarang.
Apakah Squirell berjalan ke masa lalu? Tapi bagaimana mekanismenya?
Bersandar di batu


Pada 29 Mei 1973, seorang guru Norwegia, Ny. Anne May, dan suaminya mengunjungi Clava Cairns di Inverness, salah satu kumpulan dari tiga kuburan kuno yang dibuat pada awal zaman perunggu (1800 – 1500 SM). Hari itu udara cerah, burung-burung berkicauan, sementara Ny. May berjalan mengelilingi sebuah batu, lalu berbalik menuju ke sekumpulan monolit yang membentuk lingkaran. Lalu ia bersandar di sebuah tugu batu yang menghadap arah timur laut. Ia memejamkan mata dan mulai memusatkan pikiran. Ketika membuka matanya, ia melihat sekelompok orang yang mengenakan semacam tunik dari bulu dengan celana yang diikat-ikat saling silang. Orang-orang yang berambut gelap panjang ini berjalan maju perlahan-lahan untuk memindahkan sebuah batu monolit. Pemandangan yang aneh ini mungkin telah lama terjadi, tapi tak seorang pun bisa melihatnya. Namun dalam waktu singkat Ny. Anne Mary telah kembali lagi ke abad XX.
Ini contoh lain yang bisa menjelaskan apa yang terjadi saat muncul kekacauan waktu. Pelaku sangat tertarik sekelilingnya, namun tak berkonsentrasi atas benda-benda itu. Kekacauan waktu hanya bisa terjadi di tempat-tempat dan saat tertentu – yaitu saat tubuh Ny. Anne Mary menyentuh monolit – seketika itu pula terjadi perubahan peristiwa dari masa sekarang ke masa lalu, juga sebaliknya dari masa lalu ke masa kini.
Joan Forman, peneliti mengenai kekacauan waktu, pun pernah mengalami hal serupa saat mengunjungi Haddon Hall di Derbyshire. Pada suatu hari libur, pergilah ia ke sebuah rumah yang sudah lama ia kunjungi. Saat di halaman gedung itu ia berhenti sejenak untuk mengamati bentuk arsitekturnya. ketika ia memasuki gerbang, tiba-tiba ia melihat empat orang anak di tangga batu paling atas – satu balita, dua anak laki-laki yang lebih besar, dan seorang anak perempuan yang kira-kira berumur 9 tahun. Sayang, gadis kecil itu tiba-tiba berbalik memunggunginya.
Joan hanya sempat memperhatikan bahwa anak perempuan yang berambut pirang sepanjang bahu itu mengenakan topi belanda berwarna putih sementara gaunnya yang terbuat dari sutera berwarna hijau keabu-abuan dihiasi dengan kerah renda. Anak-anak yang tampaknya sedang bergurau itu tertawa terpingkal-pingkal, sementara Joan hanya bisa melihatnya dengan keheranan. Tiba-tiba anak perempuan yang paling tua berbalik. Joan berharap akan melihat seorang anak yang cantik menarik, tapi yang dilihatnya saat itu justru raut muka lebar, hidung pesek, dan rahang besar. Saat dia melangkah maju, segera pemandangan itu hilang. Begitupun ia masih ingat semua kejadian itu, tawa bahagia anak-anak dan wajah pucat si anak perempuan berambut pirang.
Joan lalu menjelajahi seluruh bagian dalam rumah untuk mencari potret, sebagai tanda bahwa anak itu benar pernah tinggal di Haddon. Di antara lukisan leluhur yang tergantung di dinding tampak gambar seorang anak berambut pirang memakai topi belanda dan rok panjang dari sutera berwarna hijau keabu-abuan dengan kerah renda. Wajah kekanak-kanakannya sama seperti yang dia lihat di luar. Menurut penjaga rumah itu, anak itu bernama Lady Grace Manners.
 Suara masa lalu atau masa depan


Dua contoh kejadian di atas berhubungan dengan keadaan di masa lampau, namun kekacauan waktu pun bisa terjadi dengan menggambarkan keadaan di masa depan.Suatu kejadian yang “diramalkan” oleh seseorang yang mengalami kekacauan waktu biasanya akan terjadi dengan tepat, terinci seperti yang “diramalkan”nya. Biasanya pula perbedaan waktu antara “ramalan” dengan kejadian sesungguhnya tidak lama. Hanya sampai hitungan jam atau hari. Jarang sekali yang berjarak waktu sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan, kecuali yang di alami Tessa G. dan R.H. Hodgskin dari Birmingham. Dalam suatu kesempatan berlibur di London tanggal 20 April 1975, kedua gadis itu mengunjungi The Tower of London, monumen bersejarah yang tak lepas dari peristiwa sedih dan teror yang menimpanya. Namun saat berada di menara bercat putih itu yang mereka rasakan adalah ketenangan dengan hanya beberapa orang pengunjung.
Setelah beberapa waktu mengamati koleksi senjata di sana-sini, mereka merasakan suatu tekanan udara aneh yang tiba-tiba menyergap mereka. Bergegas mereka berusaha keluar dari ruangan itu. Namun ketika berada di tengah-tengah tangga, tiba-tiba Tessa menengok ke arah Hodgskin, “Aku mendengar banyak kanak-kanak berteriak.” Hodgskin bingung karena ia tidak mendengar apa-apa, hanya dengung pembicaraan beberapa pengunjung di lantai bawah.
Lukisan Salvador Dali “Kacaunya kekuatan daya ingat”,
menggambarkan mimpi buruk yang terangkai dengan jam yang
luluh. Hal ini mewakili tidak adanya batas kaku akan waktu
ciptaan manusia
Beberapa menit kemudian Tessa menjerit karena mendengar jeritan anak-anak meminta tolong. Tetap saja Hodgskin tak bisa membantu karena ia tak mendengar apa-apa. Saat itu mereka belum menyadari adanya kekacauan waktu yang menimpa Tessa. Namun Tessa sangat yakin telah mendengar tangisan anak-anak yang sangat mengganggu itu. Anehnya, teriakan-teriakan itu langsung hilang saat mereka keluar ruangan.
Beberapa bulan kemudian, ketika kedua gadis itu telah melupakan apa yang mereka alami, sebuah bom yang ditanam oleh teroris meledak di Menara Putih itu. Ledakan itu sempat mengambil beberapa korban jiwa dan korban luka-luka termasuk di antaranya anak-anak.
Apa sesungguhnya yang didengar oleh Tessa? Pantulan suara-suara yang mengenaskan dari peristiwa sedih beberapa tahun sebelumnya? Ataukah itu jeritan anak-anak yang menjadi korban bom yang melewati batas waktu sehingga terdengar di masa sebelumnya?
Kasus lain menimpa seorang pemuda dari Bourne End. Pemuda yang juga anggota Angkatan Udara Inggris, RAF, ini dikirim bertugas seiring dengan pecahnya perang tahun 1939.
Beberapa bulan kemudian teman wanitanya dalam keadaan antara sadar dan tertidur melihatnya terkapar penuh luka di atas sebuah rakit. Melihat keadaannya, tipis kemungkinannya untuk bisa bertahan hidup. Samar-samar pemuda itu memintanya untuk memberitahukan saudara perempuannya bahwa ia telah ditembak jatuh dan selama berhari-hari terapung-apung di atas rakit itu. Beberapa hari kemudian gadis ini mengunjungi rumah keluarga pemuda itu, malah ia bertemu sang pemuda dalam keadaan sehat. “Mimpi konyol!” ujar gadis itu terhadap mimpinya.
Dua tahun berlalu sebelum akhirnya ia membaca di sebuah koran tentang sesosok mayat pemuda ditemukan di atas rakit. Kasus aneh yang jarang sekali terjadi karena beda waktu “mimpi” dan kejadian sesungguhnya yang cukup lama.
Gelombang penyampai informasi


Beberapa penelitian yang mencoba mengungkapkan kasus ini menemukan beberapa ciri yang sering kali muncul dalam masalah kekacauan waktu, yaitu pemicu untuk “menyalakan” peristiwa itu, sejumlah peristiwa mendadak yang dialami pelaku, sensasi merasakan kehidupan di tempat yang punya hubungan dengan masa lalu atau masa depan, perasaan menjadi satu bagian dari pengalaman atau peserta kejadian itu, dengan jelas dirasakan hilangnya suara-suara masa kini, dan munculnya sinar-sinar aneh yang biasa jadi batas antara dua perbedaan keadaan waktu, biasanya sinar ini berwarna keperakan.
Sementara ciri-ciri fisik yang dirasakan adalah pelaku bisa melihat, kadang mendengar, dengan cara yang tidak biasa, dan merasa kehilangan arah. Tak sedikit mereka yang merasakan seperti terjadi gempa bumi atau petir yang menggelegar. Beberapa merasakan kesemutan atau seperti terjun ke dalam lubang yang dalam. Para ahli menilai semua itu sebagai pengaruh dari gelombang listrik berperan dalam peristiwa itu.
Contoh munculnya pemicu adalah seperti yang dialami Anne May dan Joan Forman. Peristiwa yang dialami oleh Anne May ditandai dengan adanya batu tempat ia bersandar. Batu ini yang diduga sebagai pemicu keadaan transisi, seperti tombol yang ditekan untuk menyalakan TV. Sedangkan Joan diduga telah menginjak tempat tertentu dan tepat saat ia melangkah dari tempat itu semua yang ia lihat lenyap.
Ada juga yang mengaitkan pengaruh gelombang elektromagnetik dengan tersedianya informasi di suatu tempat. Di perkirakan setiap benda (sebut sebagai sumber I) yang ada disekitar kita mengandung informasi yang terus-menerus menyampaikan pesan mengenai ciri fisiknya (warna, bentuk, tekstur, situasi) dengan perantaraan gelombang tertentu yang belum juga dapat dideteksi. Beberapa informasi ini lalu ditangkap dan diserap oleh benda (sumber II) di sekitarnya, dan pada saat tertentu ia meneruskan gelombang ini. Setiap orang yang berada di sekitar itu pada saat tertentu tersebut, dan tingkat gelombang otak yang sama dan tepat untuk menerima gelombang itu maka akan mendapatkan gambaran atau suara yang dikirimkan oleh benda pertama.
Contoh singkatnya, pada saat seseorang marah atau tertekan bisa saja ia mengirimkan gelombang-gelombang ke udara yang akan ditangkap oleh benda-benda yang suatu saat akan meneruskannya lagi ke orang-orang tertentu.
Lalu gelombang jenis apa yang bisa menyampaikan gambar dan suara melewati batas waktu? Meskipun belum terdeteksi, hal ini membuat para ahli menarik kesimpulan bahwa semua benda mengeluarkan gelombang.
Teori lain yang dinamakan teori mekanika kuantum mendasarkan pemahaman atas banyaknya atom di muka bumi ini, sedangkan elektron yang terdapat didalam atom itu mampu bergerak maju dan mundur. Hal ini pula yang menyebabkan suatu benda mampu bergerak maju maupun mundur.
Kalau benar, kita dan seluruh isi dunia ini sudah bisa ditentukan jalan hidupnya terlebih dahulu dan masa depan kita sudah terpampang di depan mata, bahkan dilihat oleh para pendahulu kita.


Source: Majalah Intisari, no.364 – November 1993
https://iwanblog.wordpress.com/2012/03/28/fenomena-menjelajah-waktu-true-story/Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ARTIKEL SEBELUMNYA
« Prev Post
ARTIKEL SELANJUTNYA
Next Post »
Komentar Menggunakan Akun Facebook
0 Komentar Menggunakan Akun Blogger