Setelah seminggu rasanya kamu tidak menghubungiku... rasanya
cukup sepi... cukup sepi... 7 hari itu waktu yang lama bagiku, bukan bagimu...
mungkin kamu kira seminggu itu ku gunakan untuk mencari seseorang selain kamu?
Tidak pernah ku pikirkan hal itu selama kau masih bersamaku... waktu yang
terbuang itu selalu ku gunakan untuk berfikir bagaimana cara membuatmu kuat tuk
jalani semua ini... mendoakanmu setelah ku doakan orangtuaku membuatku merasa
yakin, aku mampu, dan aku bisa jalani semua ini denganmu...
*
Kamu... yang selalu memberiku semangat terlebih lagi tentang
kuliahku, meski kau hanya berkata “Pacu-Pacu”, itu sudah cukup bagiku... aku
kira hidup ini kan selalu indah ketika aku berhasil melewati dua orang yang
telah melenyapkan semua mimpiku, itu salahku... salahku, ketika aku tak bisa
bersamamu, di sampingmu meski setiap waktu... aku tau, aku tidak seperti mereka
meski aku juga inginkan semua itu... tapi inilah aku apa adanya, mungkin itu
yang kamu lupakan, itu yang kau ucapkan sendiri dahulu, karena kata itulah yang
membuatku selalu memperhatikanmu, aku baru menyadari ada wanita yang berkata
“Bosan Diperhatikan”. Itu kamu.
**
Aku ingin kamu tau semua ini, semua status ini, suatu saat
nanti... aku berusaha jadi yang terbaik mulai saat itu... merobek dan membakar
kisah-kisah masa lalu yang selalu merusak fikiranku, menggelapkan mata batinku,
menyengsarakan hidupku, melenyapkan masa depanku... tapi sungguh, aku tak ingin
di hargai dengan cara yang tidak pantas...
Sayang... aku bukan Mesjid yang ada di tengah padang tandus,
yang ketika kamu sedang melakukan perjalanan jauh ke seberang sana dan waktu
Wajib telah tiba, kamu bernaung sejenak untuk shalat, setelah itu kamu pergi
meski tiap waktu aku membutuhkanmu... jika aku bukan umpama dari mesjid itu, apakah
aku adalah tujuanmu yang ada di seberang sana? Jika iya, pantaskah ini dengan
kenyataan yang kita jalani?
***
3 Tahun bukan waktu yang singkat. Sekarang bukanlah waktu
yang tepat tuk menghanyutkan mimpi besar seseorang... kini kabar gembira yang
tidak ku inginkan itu terjadi lagi... aku tidak tau siapa yang kan jadi
penggantiku setelah ku sadari bahwa aku hanya “Tempat Bersinggah” ketika aku
berubah demi kamu, demi kebahagiaanmu meski aku harus menanggung perih di hati,
kebahagiaanku ku pertaruhkan untukmu... adakah kau rasakan semua itu? Bahagia
rasanya pagi kemarin... dapat mendengar suaramu lewat telfon, hanya untuk
membangunkanku dari mimpi burukku... maaf, aku salah lagi... aku kira kamu
membangunkanku dari mimpi burukku, tapi kamu membangunkanku untuk mimpi yang
lebih buruk yang nyata, azan magrib telah berkumandang cukup lama, shalat dan
mendoakanmu setelah orangtuaku sudah merasa menjadi kewajiban bagiku, sms di HP
aku buka :
------------------------------------------------------------
Hari/Tanggal : Kamis, 11
September 2014.
Jam : 07.57pm
Pesan : “Jaqk mrarik aku”
------------------------------------------------------------
****
“Kusadari Betapa Sulitnya Berubah Demi Kamu, tapi Ternyata
Lebih Sulit Lagi Untuk Menerima Kenyataan Ini”
Berikan aku kenangan yang indah di Pantai Selatan, sementara
aku menemanimu untuk bersamanya selamanya, tapi jika kamu menemukan coretan
hidupku ini setelah kau menikah dengannya... kamu cukup menelfonku, tanyakan
keadaanku, tanyakan masih bisa bahagiakah aku, tapi jika kamu membalik semua
pertanyaan itu, tanyakanlah apakah aku masih hidup atau mati. Nomor HP-ku
selalu ada di “Keterangan Halaman Ini/Tentang Halaman Ini”. Tapi jika Tuhan
masih memberikan takdir untuk kita agar selalu bersama, anggap saja bukan aku
yang menulis Kisahku ini, karena...
*
*
*
Ini Dariku...
“Mesjid di Tengah Padang Tandus”