The Sinners - Chapter 1 : Heaven

6:30:00 PM
-THE SINNERS-
Chapter 1 : Heaven
Credit to : Mina Cheyo - Original Idea from “The Sixth Sin`s” by Alienor of Creepypasta Indonesia


Alkisah, disuatu desa yang tenang dan damai, desa yang begitu indah dengan laut dan tamannya. Gunung yang hijau dan hamparan sawah yang mulai menguning. Keindahan yang membuat semua orang berdecak penuh kekaguman. Orang-orang yang merasa penat dengan hiruk-pikuk perkotaan, mencoba mendapatkan kembali kedamaiannya di tempat ini. Suatu surga dunia.

Akan tetapi, suatu hari, ketika harian minggu pagi telah beredar, kedamaian ini berubah menjadi kepanikan. Seorang pelancong kehilangan istrinya yang berwisata ke desa itu bersamanya. Mereka baru saja menikah dan hendak menikmati bulan madu mereka disana, ketika tiba-tiba istrinya menghilang malam itu, tanpa jejak apapun. Hal yang tak pernah terjadi sebelumnya segera menjadi berita yang ramai diperbincangkan dalam desa yang tentram, surga yang kecil itu.

Semua orang mengerahkan usaha terbaiknya untuk mencari sang pengantin wanita. Akan tetapi, sang Suami yang putus asa tetap tak bisa menemukan belahan jiwanya. Seminggu setelahnya, di hari Sabtu yang cerah, seorang ibu berteriak mengelilingi desa mencari putranya yang hilang. Hari Sabtu berikutnya, dan seterusnya, setiap minggunya, orang-orang terus menghilang, tanpa bekas, tanpa jejak, seolah mereka telah ditelan bumi.

36 minggu telah berlalu, kedamaian yang sebelumnya selalu menaungi desa yang tentram, kini menghilang. Keputusasaan dan ketakutan menyelimuti setiap orang. Desa yang ramah jadi mencekam. Tak ada lagi tawa riang anak-anak yang saling berkejaran di taman. Mereka terkunci dalam rumah oleh orangtua mereka yang sangat takut kehilangan mereka. Semua orang membatasi aktivitas mereka di luar rumah. Tak ada lagi saling berkunjung, selain untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Para pria hanya pergi keluar untuk bekerja dan para wanita untuk berbelanja kebutuhan rumah tangganya. Tak ada seorangpun yang berani keluar tanpa senjata. Semua orang saling mencurigai sesamanya. Tak ada lagi bertegur sapa. Jalan yang telah sepi bahkan menjadi semakin sepi ketika matahari turun dari tahtanya. Tak terlihat tanda-tanda kehidupan seperti sebelumnya saat bintang berkelip manja. Saat malam tiba, semua orang yang masih tertinggal mengunci diri dalam perlindungannya, bahkan anginpun seolah enggan untuk bertiup. Tapi, meski begitu, orang-orang tetap menghilang. Di rumah, dikantor, di ladang, di toko, mereka tetap menghilang. Tanpa bekas, tanpa jejak, dan 36 orang yang telah menghilang tetap tak ditemukan.

Sabtu ke 37, saat mentari mulai terlihat di ufuk timur, penduduk yang tersisa berbondong-bondong menuju taman yang menjadi pusat desa untuk menyaksikan penemuan yang menggemparkan. Sesosok tubuh yang menyerupai manusia tergeletak di tengah taman. Meski dikatakan menyerupai manusia, tapi setiap inci tubuhnya terasa begitu janggal. Puluhan jahitan tersebar tak beraturan diseluruh tubuhnya. Anggota tubuhnya berada dalam bentuk yang aneh. Kedua tangan yang tak serupa ukurannya, kaki yang keduanya sama-sama kanan dengan warna kulit yang berbeda, bahkan kelopak mata yang tidak sejajar letaknya, seolah seluruh tubuh orang ini merupakan bagian-bagian Terpisah yang disatukan secara paksa.

Belum sempat orang-orang mencerna apa yang disajikan di hadapan mereka,dari balik semak dan pepohonan muncul orang-orang yang berjalan dalam sudut yang aneh. Tak ada seorangpun dari mereka yang sempurna. Semuanya telah kehilangan setidaknya satu anggota tubuhnya.
“Maria…” Sang pelancong yang kehilangan sang istri terkejut dalam terror ketika melihat seorang wanita yang berjalan terseok ke arahnya. Wanita itu telah kehilangan tangan kanan dan sebagian dari tubuh atas sebelah kanannya. Jantungnya bahkan dapat terlihat tetap berdenyut meski sebagian dari pembuluhnya telah putus membuat darah terus memancar setiap kali jantungnya berdetak. Pemandangan ini mendorong si pelancong yang malang untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya. Dalam terror dan kesedihan, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Semua mimpi yang dibayangkannya jika ia bertemu lagi dengan istrinya telah hancur berkeping-berkeping. Karena sekarang, isterinya tidak lebih dari sebuah horror yang mencekam.

Satu demi satu penduduk yang berkumpul mengenali orang-orang itu sebagai ke 36 orang yang hilang. Tangis kesedihan dan jerit ketakutan menodai cahaya mentari pagi yang bersinar lembut. Orang-orang yang hilang itu menyeret tubuhnya mendekati kerumunan yang panic, tidak, lebih tepatnya mereka mencoba menghampiri sesosok tubuh yang tergeletak di taman. Dengan rakus mereka mencoba meraih tubuh itu, menghancurkan segala yang menghalangi mereka. Darah, otak, serpihan-serpihan tubuh berhamburan diudara, mewarnai langit yang biru dengan merah, mereka berlomba-lomba mencapai tubuh itu dan mulai mengoyaknya, ketika tiba-tiba tubuh itu membuka mulutnya yang aneh dan bersuara
“Selamat datang, Surga”
Kemudian ia tertawa. Tawa paling mengerikan yang pernah disaksikan yang masih bertahan. Semua yang menyaksikannya terpaku dalam terror. Berusaha menenangkan tubuhnya yang bergetar, berusaha menahan lambungnya yang terus memuntahkan isinya. Semuanya terjebak dalam terror yang tidak mereka ketahui.

Apa yang sebenarnya terjadi?

NEXT SATURDAY ON THE SINNERS : INTRODUCING



*AQUAGAZE95*

ARTIKEL SEBELUMNYA
« Prev Post
ARTIKEL SELANJUTNYA
Next Post »
Komentar Menggunakan Akun Facebook
0 Komentar Menggunakan Akun Blogger