Dalam sejarah India, sejarawan telah memperhitungkan berdasarkan masa
kekuasaan kekaisaran. Ashoka, salah satu kaisar terbesar dalam sejarah
India, dia adalah seorang kaisar yang bertanggung jawab atas penyebaran
agama Buddha. Dan untuk wilayah yang jauh dari India dan negara
tetangga, dia mengirimkan misionaris Buddha ke wilayah tersebut.
Ashoka membangun ribuan stupa Buddha dan biara diseluruh kerajaannya
yang membentang dari Iran ke Bangladesh, dan dari Asia Tengah
(Afganistan) ke India Selatan. Sebagian besar batu dan pilar yang ada
diseluruh kerajaannya bertuliskan fatwa dan ajaran kepada rakyatnya yang
ditulis dalam bahasa Magadhi, Sansekerta, Yunani, dan bahasa Aramic.
Siapakah Ashoka, dan bagaimana sejarawan menyusun sejarah sosok kaisar
yang dikenal kejam dalam perang Kalinga? Tanpa diduga, ada dua sosok
Ashoka yang tercatat dalam sejarah, mereka hidup di tahun yang berbeda.
Benarkah sejarawan telah salah menyusun sejarah Ashoka?
Sejarah Ashoka Membingungkan
Ashoka pada awalnya seorang raja yang kejam yang membunuh sebagian besar
saudaranya untuk bisa naik tahta. Dia mewarisi kerajaan besar dan
mencoba untuk memperluas wilayahnya dengan melancarkan perang melawan
kerajaan tetangga, Kalinga. Ia memenangkan peperangan, tetapi
pemandangan yang mengerikan setelah perang, ribuan mayat yang dimutilasi
mengguncang hatinya, membuatnya merasa menyesal dan menghentikan niat
memperluas kerajaan. Dia beralih faham ke Buddhisme setelah sebelumnya
merasa tertarik dengan prinsip Buddha yang menolak kekerasan.
Ada dua sumber informasi tentang Ashoka, yaitu dari peninggalan fatwa batu dan kitab Buddha, dari India dan Srilanka, tulisan tersebut bercerita tentang Ashoka dari dinasti Maurya. Sejarawan tidak banyak yang menyadari bahwa Ashoka dari dinasti Gupta. Menurut mereka hanya ada satu Ashoka, yaitu Ashoka yang berasal dari dinasti Maurya seperti yang terdapat dalam kitab suci Buddha. Ashoka ini menurut teks batu disebutkan terkait dengan lima raja Yunani dan Antiochos, Ptolemy, Antigonos, Magas, Alexander. Raja raja ini hidup antara tahun 250-300 SM dan merupakan masa dimulainya kekuasaan Ashoka (Maurya).
Sesuai dengan kitab Buddha, Ashoka (Maurya) dinobatkan 218 tahun setelah
wafatnya sang Buddha. Dengan kata lain bahwa Budha diperkirakan tahun
500 SM. Penanggalan ini merupakan hasil dari penghitungan yang sempurna
melalui metodologi invasi Arya. Perhitungan penanggalan tampaknya hampir
akurat, dan sejarawan menggunakan perhitungan dalam jangka waktu 200
tahun terakhir.
Dua Sosok Ashoka Hidup Di India
Yang mengganjal dalam perhitungan ini, ada dua Chandragupt dan dua sosok
Ashoka dalam sejarah India. Sesuai dengan tulisan Megasthenes
(pengembara dari Yunani), dinasti Gupta memerintah India sekitar tahun
300 SM. Tulisan Megashtenes sesuai dengan perhitungan Purana.
Sejarah India tidak menyebutkan adanya dua Chandragupt dan dua Ashoka
berkuasa di India pada waktu yang sama. Sementara berdasarkan sumber
literatur India dan Yunani mencatat tentang Ashoka dari dinasti Gupta
berkuasa sekitar tahun 300 SM. Sejarawan menyimpulkan bahwa Ashoka dari
dinasti Maurya memerintah India sekitar tahun 300 SM. Kemudian ada dua
pilihan, apakah harus mengabaikan tulisan Megashtenes serta sumber
Purana, atau mengikuti sejarawan yang salah perhitungan?
Beberapa sejarawan tidak menyadari kontroversi ini, mereka mengabaikan
tulisan Megashtenes dan mengabaikan kitab suci India sebagai mitologi
murni. Beberapa sejarawan India menyadari misteri tersebut dan
mengatakan bahwa Ashoka dari dinasti Gupta yang berkuasa sekitar tahun
300 SM. Tetapi kitab suci Buddhis jelas mengatakan bahwa Ashoka dari dinasti Maurya. Dan selama lebih dari satu abad, misteri ini menjadi hal paling rumit dikalangan sejarawan.
Teks batu Ashoka disebutkan, Ashoka berpindah faham ke Buddhisme karena
penyesalannya atas perang Kalinga. Dalam kitab Budha India maupun kitab
Buddha Srilanka tidak menjelaskan apapun tentang perang Kalinga. Kedua
kitab justru berbicara tentang Ashoka yang berpindah ajaran tentang
biksu pemula.
Mengapa kitab Buddha tidak menyebutkan tentang perang Kalinga? Sementara kitab Buddha menjelaskan tentang 84,000 biara yang didirikan oleh Ashoka dan tidak ada catatan tentang kegiatan Buddhisme yang terkait dengan Ashoka.
Kitab Buddha menceritakan tentang kegiatan misionaris Ashoka ke Kashmir,
Maharahtra, Sri Lanka, Burma Thailand, Mysore, Himalaya, India Barat,
dan Negara Yunani. Teks juga menceritakan tentang bantuan medis untuk
kerajaan tetangga, tentang nama raja dan dinasti sekitar kerajaannya
termasuk Choda, Pandya, Satiyapura, Kerala, Sri Lanka, dan lima kerajaan
Yunani. Tulisan suci tidak bercerita tentang pejabat yang disebut
Dharma Mahamatra di kerajaannya, seperti yang tertulis di teks batu dan
terdapat perbedaan mendasar yang lain tentang kehidupan Ashoka.
Ashoka, menurut kitab Buddha adalah seorang yang sangat taat dan menjadi panutan bagi biarawan muda Buddha. Kitab suci India menyebutkan bahwa pada akhir hayatnya, Ashoka menyumbangkan hampir semua yang dimilikinya untuk biara-biara Buddha, dia ingin memastikan bahwa ajaran Buddha menyebar ke seluruh dunia.
Cara Ashoka Sebarkan Agama
Ashoka, menurut kitab Buddha adalah seorang yang sangat taat dan menjadi panutan bagi biarawan muda Buddha. Kitab suci India menyebutkan bahwa pada akhir hayatnya, Ashoka menyumbangkan hampir semua yang dimilikinya untuk biara-biara Buddha, dia ingin memastikan bahwa ajaran Buddha menyebar ke seluruh dunia.
Menurut beberapa legenda yang ada, Ashoka melakukan hal yang tidak semestinya dalam menyebarkan ajaran Buddha.Di Bengal, salah satu pengikut Mahavira membuat gambar yang menunjukkan Buddha membungkuk dikaki Mahavira. Ashoka mendengar hal ini dan kemudian datang untuk memastikan kemudian memerintahkan agar semua pengikut Mahavira dieksekusi, 1800 orang dari dibunuh dalam satu hari! Dia menggunakan cara yang sama pada kesempatan lain, menjanjikan emas untuk mereka yang membunuh non-Buddha dan membawa kepalanya sebagai bukti.
Suatu hari, Ashoka ingin mengajak saudaranya (Veetashoka) untuk menganut
Buddha, untuk mewujudkannya dia menyusun sebuah sandiwara. Suatu
peristiwa menjebak Veetashoka yang seolah olah membuat Veetashoka duduk
di tahta kaisar, lengkap beserta mentri selama beberapa waktu. Dan
kemudian Ashoka menagkap saudaranya itu dengan tuduhan tindakan
pengkhianatan dan mengeksekusi saudaranya. Ashoka memberikan waktu satu
minggu menjelang hari eksekusi dan membiarkan saudaranya menikmati semua
kenyamanan kerajaan selama seminggu, membuat seolah-olah Veetashoka
adalah kaisar.
Kemudian dalam beberapa hari, Ashoka mendatangi saudaranya dan bertanya: "Apakah dia menikmati kenyamanan sorgawi sebagai seorang kaisar?"
Veetashoka menjawab bahwa kematian yang menunggunya tidak memungkinkan untuk menikmatinya sama sekali.
Ashoka kemudian berkata: "Jika kau tidak dapat menikmati kesenangan
karena bayangan kematian yang akan datang, bisakah kau membayangkan
biarawan yang terlihat bahagia menikmati hidup ini, ketika dilain pihak
mereka juga takut akan kematian ratusan jiwa dikelahiran masa depan?" Peristiwa ini telah membuat Veetashoka menjadi seorang biksu Buddha.
Tetapi dalam gambaran teks batu sangat berbeda, dalam salah satu teks
dia tidak mengimani Buddha dan tidak ada bukti bahwa Ashoka sedang
melakukan kegiatan misionaris. Tak satupun fatwa batu menyebutkan
tentang ajaran Buddha. Bahkan salah satu teks mengatakan bahwa Ashoka
berbicara tentang kesetaraan semua agama yang berbunyi:
Kekasih para dewa, Raja Priyadasi (Ashoka), tak ternilai hadiah dan kehormatan yang diperoleh sebanyak dia menghargai bahwa semua agama berhak berkembang. Berkembang dengan cara yang berbeda-beda, tetapi dalam prosesnya tidak memuji agama sendiri atau mengutuk agama lain tanpa alasan yang jelas. Dan jika ada hal untuk dikritik harus dilakukan dengan cara yang baik dan damai, ini sangat penting untuk kehormatan agama yang ada. Siapapun yang memuji agamanya sendiri karena pengabdian yang berlebihan dan mengutuk agama lain dengan berfikir bahwa 'aku memuliakan agamaku sendiri' hal ini hanya akan merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu, kontak antar agama yang baik adalah saling mendengarkan dan menghormati ajaran yang dianut orang lain. Kekasih para dewa Raja Priyadasi (Ashoka), menginginkan agar semua bisa mengambil hal baik dari agama lain.
Pada akhirnya sejarawan tak mampu memecahkan perbedaan ini, beberapa
sejarawan telah menganggap kitab Buddha tak bisa dijadikan pegangan
sepenuhnya. Kemudian mereka beralih ke teks batu untuk mencari gambaran
kepribadian Ashoka, sementara mereka bergantung pada kitab Buddha dalam
hal aspek sejarah. Disini terlihat, bagaimana sejarawan begitu selektif
memecahkan sejarah Ashoka sampai menganggap Megashtenes sebagai
pembohong. Mereka menolak kitab suci India sebagai mitologi murni dan
telah mengabaikan tulisan Yunani lainnya.
Kesimpulan yang diperoleh, bahwa ada dua kaisar Ashoka dan keduanya beragama Buddha, yaitu:
Kesimpulan yang diperoleh, bahwa ada dua kaisar Ashoka dan keduanya beragama Buddha, yaitu:
- Ashoka menurut kitab suci Buddha dari dinasti Maurya tahun 1500 SM, dia adalah seorang yang tegas, taat, dan aktif dalam menyebarkan agamanya dengan mengirimkan misionaris dan membangun biara Budha dan Stupa. Namun kitab ini tidak menyebutkan tentang fatwa dan perang Kalinga, kitab ini sebagian besar menulis tentang bagian bagian dari India Kashmir, Maharahtra, Mysore, Himalaya, India Barat. Saat itu Buddhisme belum menyebar di India, maka jelas kitab suci bercerita tentang penyebaran agama Buddha di India dibawah Kaisar Ashoka Maurya.
- Ashoka menurut fatwa teks tahun 300 SM terlibat dalam perang Kalinga, dari dinasti Gupta. Dia merasa menyesal dan kemudian menganut Buddha, tetapi pada saat itu Buddhisme sudah tersebar luas dan tak perlu mengirim misionaris.
Jadi, Ashoka Gupta tidak agresif dalam penyebaran agama tetapi jauh lebih toleran terhadap semua agama. Dan tempat yang disebutkan dalam fatwa teks bukan tentang India, melainkan tetangganya yaitu Choda, Pandya, Satiyaputra, Kerala, dan Srilanka di selatan kerajaan India Selatan, dan lima kerajaan Yunani, dan wilayah tersebut jelas tidak berbicara tentang penyebaran agama Buddha di India.
Kedua sosok Ashoka benar-benar berbeda, misteri ini muncul karena
keduanya pemeluk Buddha sehingga catatan stupa dan teks batu sering
dikaitkan dengan satu orang yang sama. Jika menganggap bahwa teks batu
milik salah seorang kaisar sedangkan Stupa dan biara milik orang lain,
maka misteri itupun terpecahkan,... sejarah kedua Ashoka telah digabung
menjadi satu oleh para sejarawan, padahal dua sosok Ashoka hidup ditahun
yang jauh berbeda.
Referensi
19,000 Years of World History, The Story of Religon. By Prithviraj R, October 2009.
Ashoka: The Search for India's Lost Emperor, by Charles L Allen, 2012
Indian relief from Amaravati, Guntur. Preserved in Guimet Museum, image courtesy by Wikimedia