Benarkah Ashoka Sosok Kejam Dari Dinasti Maurya?

8:51:00 AM

Dalam sejarah India, sejarawan telah memperhitungkan berdasarkan masa kekuasaan kekaisaran. Ashoka, salah satu kaisar terbesar dalam sejarah India, dia adalah seorang kaisar yang bertanggung jawab atas penyebaran agama Buddha. Dan untuk wilayah yang jauh dari India dan negara tetangga, dia mengirimkan misionaris Buddha ke wilayah tersebut.
Ashoka membangun ribuan stupa Buddha dan biara diseluruh kerajaannya yang membentang dari Iran ke Bangladesh, dan dari Asia Tengah (Afganistan) ke India Selatan. Sebagian besar batu dan pilar yang ada diseluruh kerajaannya bertuliskan fatwa dan ajaran kepada rakyatnya yang ditulis dalam bahasa Magadhi, Sansekerta, Yunani, dan bahasa Aramic. Siapakah Ashoka, dan bagaimana sejarawan menyusun sejarah sosok kaisar yang dikenal kejam dalam perang Kalinga? Tanpa diduga, ada dua sosok Ashoka yang tercatat dalam sejarah, mereka hidup di tahun yang berbeda. Benarkah sejarawan telah salah menyusun sejarah Ashoka?

Sejarah Ashoka Membingungkan

Ashoka pada awalnya seorang raja yang kejam yang membunuh sebagian besar saudaranya untuk bisa naik tahta. Dia mewarisi kerajaan besar dan mencoba untuk memperluas wilayahnya dengan melancarkan perang melawan kerajaan tetangga, Kalinga. Ia memenangkan peperangan, tetapi pemandangan yang mengerikan setelah perang, ribuan mayat yang dimutilasi mengguncang hatinya, membuatnya merasa menyesal dan menghentikan niat memperluas kerajaan. Dia beralih faham ke Buddhisme setelah sebelumnya merasa tertarik dengan prinsip Buddha yang menolak kekerasan.
ashoka

Ada dua sumber informasi tentang Ashoka, yaitu dari peninggalan fatwa batu dan kitab Buddha,  dari India dan Srilanka, tulisan tersebut bercerita tentang Ashoka dari dinasti Maurya. Sejarawan tidak banyak yang menyadari bahwa Ashoka dari dinasti Gupta. Menurut mereka hanya ada satu Ashoka, yaitu Ashoka yang berasal dari dinasti Maurya seperti yang terdapat dalam kitab suci Buddha. Ashoka ini menurut teks batu disebutkan terkait dengan lima raja Yunani dan Antiochos, Ptolemy, Antigonos, Magas, Alexander. Raja raja ini hidup antara tahun 250-300 SM dan merupakan masa dimulainya kekuasaan Ashoka (Maurya). 
Sesuai dengan kitab Buddha, Ashoka (Maurya) dinobatkan 218 tahun setelah wafatnya sang Buddha. Dengan kata lain bahwa Budha diperkirakan tahun 500 SM. Penanggalan ini merupakan hasil dari penghitungan yang sempurna melalui metodologi invasi Arya. Perhitungan penanggalan tampaknya hampir akurat, dan sejarawan menggunakan perhitungan dalam jangka waktu 200 tahun terakhir.

Dua Sosok Ashoka Hidup Di India 

Yang mengganjal dalam perhitungan ini, ada dua Chandragupt dan dua sosok Ashoka dalam sejarah India. Sesuai dengan tulisan Megasthenes (pengembara dari Yunani), dinasti Gupta memerintah India sekitar tahun 300 SM. Tulisan Megashtenes sesuai dengan perhitungan Purana. 
Sejarah India tidak menyebutkan adanya dua Chandragupt dan dua Ashoka berkuasa di India pada waktu yang sama. Sementara berdasarkan sumber literatur India dan Yunani mencatat tentang Ashoka dari dinasti Gupta berkuasa sekitar tahun 300 SM. Sejarawan menyimpulkan bahwa Ashoka dari dinasti Maurya memerintah India sekitar tahun 300 SM. Kemudian ada dua pilihan, apakah harus mengabaikan tulisan Megashtenes serta sumber Purana, atau mengikuti sejarawan yang salah perhitungan?
Beberapa sejarawan tidak menyadari kontroversi ini, mereka mengabaikan tulisan Megashtenes dan mengabaikan kitab suci India sebagai mitologi murni. Beberapa sejarawan India menyadari misteri tersebut dan mengatakan bahwa Ashoka dari dinasti Gupta yang berkuasa sekitar tahun 300 SM. Tetapi kitab suci Buddhis jelas mengatakan bahwa Ashoka dari dinasti Maurya. Dan selama lebih dari satu abad, misteri ini menjadi hal paling rumit dikalangan sejarawan. 
Teks batu Ashoka disebutkan, Ashoka berpindah faham ke Buddhisme karena penyesalannya atas perang Kalinga. Dalam kitab Budha India maupun kitab Buddha Srilanka tidak menjelaskan apapun tentang perang Kalinga. Kedua kitab justru berbicara tentang Ashoka yang berpindah ajaran tentang biksu pemula. 
Mengapa kitab Buddha tidak menyebutkan tentang perang Kalinga? Sementara kitab Buddha menjelaskan tentang 84,000 biara yang didirikan oleh Ashoka dan tidak ada catatan tentang kegiatan Buddhisme yang terkait dengan Ashoka.
Kitab Buddha menceritakan tentang kegiatan misionaris Ashoka ke Kashmir, Maharahtra, Sri Lanka, Burma Thailand, Mysore, Himalaya, India Barat, dan Negara Yunani. Teks juga menceritakan tentang bantuan medis untuk kerajaan tetangga, tentang nama raja dan dinasti sekitar kerajaannya termasuk Choda, Pandya, Satiyapura, Kerala, Sri Lanka, dan lima kerajaan Yunani. Tulisan suci tidak bercerita tentang pejabat yang disebut Dharma Mahamatra di kerajaannya, seperti yang tertulis di teks batu dan terdapat perbedaan mendasar yang lain tentang kehidupan Ashoka.

Cara Ashoka Sebarkan Agama 


Ashoka, menurut kitab Buddha adalah seorang yang sangat taat dan menjadi panutan bagi biarawan muda Buddha. Kitab suci India menyebutkan bahwa pada akhir hayatnya, Ashoka menyumbangkan hampir semua yang dimilikinya untuk biara-biara Buddha, dia ingin memastikan bahwa ajaran Buddha menyebar ke seluruh dunia. 
Menurut beberapa legenda yang ada, Ashoka melakukan hal yang tidak semestinya dalam menyebarkan ajaran Buddha. 
Di Bengal, salah satu pengikut Mahavira membuat gambar yang menunjukkan Buddha membungkuk dikaki Mahavira. Ashoka mendengar hal ini dan kemudian datang untuk memastikan kemudian memerintahkan agar semua pengikut Mahavira dieksekusi, 1800 orang dari dibunuh dalam satu hari! Dia menggunakan cara yang sama pada kesempatan lain, menjanjikan emas untuk mereka yang membunuh non-Buddha dan membawa kepalanya sebagai bukti. 
Suatu hari, Ashoka ingin mengajak saudaranya (Veetashoka) untuk menganut Buddha, untuk mewujudkannya dia menyusun sebuah sandiwara. Suatu peristiwa menjebak Veetashoka yang seolah olah membuat Veetashoka duduk di tahta kaisar, lengkap beserta mentri selama beberapa waktu. Dan kemudian Ashoka menagkap saudaranya itu dengan tuduhan tindakan pengkhianatan dan mengeksekusi saudaranya. Ashoka memberikan waktu satu minggu menjelang hari eksekusi dan membiarkan saudaranya menikmati semua kenyamanan kerajaan selama seminggu, membuat seolah-olah Veetashoka adalah kaisar. 
Kemudian dalam beberapa hari, Ashoka mendatangi saudaranya dan bertanya: "Apakah dia menikmati kenyamanan sorgawi sebagai seorang kaisar?
Veetashoka menjawab bahwa kematian yang menunggunya tidak memungkinkan untuk menikmatinya sama sekali. 
Ashoka kemudian berkata: "Jika kau tidak dapat menikmati kesenangan karena bayangan kematian yang akan datang, bisakah kau membayangkan biarawan yang terlihat bahagia menikmati hidup ini, ketika dilain pihak mereka juga takut akan kematian ratusan jiwa dikelahiran masa depan?" Peristiwa ini telah membuat Veetashoka menjadi seorang biksu Buddha. 
Tetapi dalam gambaran teks batu sangat berbeda, dalam salah satu teks dia tidak mengimani Buddha dan tidak ada bukti bahwa Ashoka sedang melakukan kegiatan misionaris. Tak satupun fatwa batu menyebutkan tentang ajaran Buddha. Bahkan salah satu teks mengatakan bahwa Ashoka berbicara tentang kesetaraan semua agama yang berbunyi:
Kekasih para dewa, Raja Priyadasi (Ashoka), tak ternilai hadiah dan kehormatan yang diperoleh sebanyak dia menghargai bahwa semua agama berhak berkembang. Berkembang dengan cara yang berbeda-beda, tetapi dalam prosesnya tidak memuji agama sendiri atau mengutuk agama lain tanpa alasan yang jelas. Dan jika ada hal untuk dikritik harus dilakukan dengan cara yang baik dan damai, ini sangat penting untuk kehormatan agama yang ada. Siapapun yang memuji agamanya sendiri karena pengabdian yang berlebihan dan mengutuk agama lain dengan berfikir bahwa 'aku memuliakan agamaku sendiri' hal ini hanya akan merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu, kontak antar agama yang baik adalah saling mendengarkan dan menghormati ajaran yang dianut orang lain. Kekasih para dewa Raja Priyadasi (Ashoka), menginginkan agar semua bisa mengambil hal baik dari agama lain.
Pada akhirnya sejarawan tak mampu memecahkan perbedaan ini, beberapa sejarawan telah menganggap kitab Buddha tak bisa dijadikan pegangan sepenuhnya. Kemudian mereka beralih ke teks batu untuk mencari gambaran kepribadian Ashoka, sementara mereka bergantung pada kitab Buddha dalam hal aspek sejarah. Disini terlihat, bagaimana sejarawan begitu selektif memecahkan sejarah Ashoka sampai menganggap Megashtenes sebagai pembohong. Mereka menolak kitab suci India sebagai mitologi murni dan telah mengabaikan tulisan Yunani lainnya.

Kesimpulan yang diperoleh, bahwa ada dua kaisar Ashoka dan keduanya beragama Buddha, yaitu: 

  1. Ashoka menurut kitab suci Buddha dari dinasti Maurya tahun 1500 SM, dia adalah seorang yang tegas, taat, dan aktif dalam menyebarkan agamanya dengan mengirimkan misionaris dan membangun biara Budha dan Stupa. Namun kitab ini tidak menyebutkan tentang fatwa dan perang Kalinga, kitab ini sebagian besar menulis tentang bagian bagian dari India Kashmir, Maharahtra, Mysore, Himalaya, India Barat. Saat itu Buddhisme belum menyebar di India, maka jelas kitab suci bercerita tentang penyebaran agama Buddha di India dibawah Kaisar Ashoka Maurya.
  2. Ashoka menurut fatwa teks tahun 300 SM terlibat dalam perang Kalinga, dari dinasti Gupta. Dia merasa menyesal dan kemudian menganut Buddha, tetapi pada saat itu Buddhisme sudah tersebar luas dan tak perlu mengirim misionaris. 
Pada waktu yang sama, Ashoka dari dinasti Gupta sedang terguncang akibat dari serangan Sankarcharya dan agama Veda membuatnya kembali ke ajaran Buddha. Saat itu Buddhisme dalam keadaan bingung tentang ideologi karena serangan teologis diluncurkan oleh Sankaracharya. Buddhisme berada pada tahap transisi dan tidak memberi banyak ruang gerak untuk kegiatan misionaris.
Jadi, Ashoka Gupta tidak agresif dalam penyebaran agama tetapi jauh lebih toleran terhadap semua agama. Dan tempat yang disebutkan dalam fatwa teks bukan tentang India, melainkan tetangganya yaitu Choda, Pandya, Satiyaputra, Kerala, dan Srilanka di selatan kerajaan India Selatan, dan lima kerajaan Yunani, dan wilayah tersebut jelas tidak berbicara tentang penyebaran agama Buddha di India.
Kedua sosok Ashoka benar-benar berbeda, misteri ini muncul karena keduanya pemeluk Buddha sehingga catatan stupa dan teks batu sering dikaitkan dengan satu orang yang sama. Jika menganggap bahwa teks batu milik salah seorang kaisar sedangkan Stupa dan biara milik orang lain, maka misteri itupun terpecahkan,... sejarah kedua Ashoka telah digabung menjadi satu oleh para sejarawan, padahal dua sosok Ashoka hidup ditahun yang jauh berbeda. 

Referensi

19,000 Years of World History, The Story of Religon. By Prithviraj R, October 2009.
Ashoka: The Search for India's Lost Emperor, by Charles L Allen, 2012
Indian relief from Amaravati, Guntur. Preserved in Guimet Museum, image courtesy by Wikimedia

ARTIKEL SEBELUMNYA
« Prev Post
ARTIKEL SELANJUTNYA
Next Post »
Komentar Menggunakan Akun Facebook
0 Komentar Menggunakan Akun Blogger